Senin, 16 Mei 2011

perkembangan games di Indonesia

Selama ini orang lebih akrab dengan game buatan luar negeri. Orang kurang aware dengan produksi anak bangsa. Banyak sekali alasan mulai dari kualitas, harga, kurang menarik lah, dan lain-lain yang intinya adalah tidak puas. Sebenarnya karya – karya Indonesia sudah ada sejak awal tahun 90-an, hanya saja itu tidak berhasil menjadi trendmark. Kurangnya respons dari gamers sangatlah wajar karena memang karya para pencipta game itu tidak ter-publish atau di-publish dengan baik.

Dulu orang seolah tidak peduli dengan perkembangan game di tanah air. Namun sejak 27 Januari 2004 , yaitu saat David Setiabudi menerima penghargaan dari MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai “Pembuat Game Pertama di Indonesia (Divine Kids)”, dunia gamers mulai mendapat nafas baru. Penganugerahan yang akhirnya menjadi polemik di kalangan gamers ini menjadi bukti bahwa Indonesia bisa menghasilkan game sendiri.

Dulunya pun media kurang tertarik untuk menyoroti game asli Indonesia. Stasiun TV pertama yang menyiarkan Pembuatan Game Indonesia adalah Indosiar – Fokus Siang yang ditayangkan hari Selasa siang 14 November 2006. Sebgian kalangan sangat appreciate tapi sebagian kalangan justru memandang negatif. Langakah Indosiar akhirnya diikuti oleh beberapa stasiun TV lain dalam program – program berikut ini :

1. Trans7-Fenomena - 3 Jan 2007 “Game Addict”

2. SCTV -Intisari Pagi – 23 April 2007

3. TransTV – GOODNEWS – 3 Mei 2007

4. TPI – Juni 2007

5. Trans7- Fenomena – Fenomena18 Jun 2007 “It’s time to Play”

6. Trans7- Fenomena – Fenomena19 Jun 2007 “Game Addict”

7. Metro TV – E- Lifestyle, 16 September 2007.

Seiring dengan berkembangnya waktu, mulai banyak orang yang berani membuat studio game dan menunjukkannya pada publik. Polemik seputar pencipta game pertama dan Game Pertama Indonesia bisa dijadikan indikator bahwa animo gamers terhadap perkembangan game bisa di bilang tinggi.

Akhir-akhir ini sudah mulai banyak pembuat game Indonesia mulai memasuki ranah 3D. Tentunya game asli Indonesia tersebut didesain serba indonesia, berbahasa nasional bahkan memakai bahasa bahasa daerah. Untuk di luar negeri karya 3D sudah biasa, namun di negara kita itu masih sedang dalam proses pembelajaran. Karya asli Indonesia kebanyakan masih 2D, tapi kita tidak perlu pesimis. Waktu untuk belajar tidak akan ada habisnya.

Jika game buatan luar negeri sudah mendapat sentuhan teknologi yang sangat baik itu sujah sewajarnya. Referensi di negara kita masih sangat minim dan lagi tidak ada sekolah khusus yang mendalami masalah game. Jadi kita tidak perlu pusing-pusing membandingkan, yang paling penting adalah bagaimana kita mempelajari teknologi mereka untuk dikembangkan dan membuat inovasi.

Terlepas dari karya yang kita buat itu baik atau buruk di mata orang lain yang paling penting adalah kita telah menyumbangkan sesuatu. Meski kaya 2D kita tidak sempurna dan karya 3D indonesia masih super jelek yang jelas semua telah mengalami fase perkembangan.

Setelah berhasil menciptakan inovasi–inovasi kita tidak perlu ragu untuk meminta pengakuan pada publik. Mengingat kita tidak akan rela jiak karya kita dibajak begitu saja oleh orang lain. Ada kalangan yang mengangap bahwa yang terpenting adalah kita bisa membuat tidak masalah dibajak oleh orang lain. Dan pendapat itu juga tidak salah, tapi apa kita akan bilang seperti itu ketika karya kita dibajak dan yang menjiplak itu bisa mengkomersilkan. Apa kita rela begitu saja?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar